MAKALAH
PEMBUATAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT)
ORGANIK
NAMA : SILVESTER
YULIANUS EKO SILI
PRODI : PENYULUHAN PERTANIAN LAHAN KERING
KELOMPOK : B
MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI
KUPANG
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam konteks
pembangunan desa (pertanian),semula orang beranggapan bahwa masyarakat
pertanian mangalami involusi (kemunduran) pertanian yang berjalan dalam proses
pemiskinan dan apapun teknologi dan kelembagaan modern yang masuk ke pedesaan
akan sia-sia.
Permasalahan kemunduran
pertanian di desa makin menjadi pndorong kemiskinan, disebabkan karena sebagian
besar masyarakat desa bermata pencharian sebagai petani. Pertanian yang
semestinya menjadi penyumbang utama penghasilan masyarakat petani kini menjadi
masalah.
Pendorong utama
permasalahan dunia pertanian di desa saat ini adalah rendahnyan ketersediaan pupuk dan obat-obatan, karena
banyaknya persaratan yang harus di penuhi untuk mendapatkannya. Salah satunya
adalah zat perangsang tumbuh.
Zat pengatur tumbuh
merupakan substansi organik yang secara alami diproduksi oleh tanaman, bekerja
mempengaruhi proses fisiologi tanaman dalam konsentrasi rendah
Namun perluh disadari
bahawa alam telah menyediakan berbagai macam potensi yang bermanfaat bagi dunia
pertanian, tergantung kita bagaimana mengolahnya. Termasuk juga ZPT (zat
pengatur tumbuh), bahan alami zpt atau fitohormon banyak tersedia disekitar
kita. Misalnya terdapat pada rebung, bonggol pisang, taoge dan lain sebagainya.
Walaupun sudah banyak tersedia produk zpt yang dapat kita temui di toko
pertanian, namun dengan harga yang relative mahal maka tidak ada salahnya jika
kita membuatnya sendiri.
1.2
Tujuan
Makalah Pembuata ZPT
ini bertujuan untuk menambah ilmu
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam membuat ZPT oganik.
BAB
II
ISI
PEMBUATAN
ZAT PERANGSANG TUMBUH ORGANIK
A. Pengertian Hormon Dan Zpt (Zat
Pengatur Tumbuh)
Secara umum hormon adalah
molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik penting.
Molekul-molekul tersebut dibentuk di dalam organisme dengan proses metabolik
dan tidak berfungsi didalam nutrisi. Hormon tumbuhan merupakan senyawa organik
yang disentesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain,
dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon
fisiologis.
Konsep Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
diawali dari konsep hormon. Hormon tanaman atau fitohormon adalah
senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi rendah mempengaruhi
proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis terutama mengenai proses
pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti
pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi
oleh hormon tanaman.
Dengan berkembangnya pengetahuan
biokimia dan industri kimia banyak ditemukan senyawa-senyawa yang mempunyai
fisiologis serupa dengan hormon tanaman. Senyawa ini dikenal dengan nama ZPT
(Zat Pengatur Tumbuh).
Batasan tentang zat pengatur tumbuh
pada tanaman (plant regulator), adalah senyawa organik yang tidak termasuk hara
(nutrient), yang mempunyai 2 fungsi yaitu menstimulir dan menghambat atau
secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan
fitohormon adalah senyawa organik yang bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah
kecil yang disintetis pada bagian tertentu, yang umumnya ditranslokasikan ke
bagian lain tanaman yang menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia,
fisiologis dan morfologis.
B. Beberapa Bahan Alami Yang
Mengandung Hormon/ Zpt
Berikut uraian
kandungan hormon tumbuhan (ZPT) pada bahan-bahan alami tersebut :
1) Bawang
Merah
Bawang merah
mengandung hormon auksin dan giberelin. Salah satu fungsi auksin dan giberelin
adalah merangsang pertumbuhan akar dan merangsang proses perkecambahan biji
(memecah dormansi biji)
2) Rebung
Bambu
Rebung bambu
mengandung hormon giberelin. Jenis bambu yang paling banyak mengandung
giberelin adalah bambu tali. Sebaiknya pengambilan rebung dilakukan pada pagi
hari sebelum jam 06.00 atau sebelum matahari terbit.
3) Bonggol
Pisang
Hormon tumbuhan
pada bonggol pisang adalah sitokinin. Bonggol pisang yang baik adalah yang dari
pohon pisang yang baru ditebang. Pengambilan bonggol pisang sebaiknya dilakukan
pada sore hari.
4) Taoge
Ekstrak taoge
banyak mengandung hormon auksin.
5) Tomat
Berdasarkan
penelitian terbaru, ekstrak buah tomat dapat digunakan sebagai ZPT. Ekstrak
buah tomat mengandung auksin, sitokinin dan giberelin.
6) Air
Kelapa
Air kelapa
mengandung Sitokinin, sitokinin, giberelin, mineral dan senyawa organik lain,
seperti 1,3 dipheniluea, zaetin, zeatin glukosida dan zeatin ribosida.
7) Enceng
Gondok
Akar enceng
gondok banyak mengandung hormon giberelin, protein dan karbohidrat
8) Urin
Sapi, Kambing, Kelinci dll
Urin sapi,
kambing, kelinci diketahui selain mengandung nitrogen juga mengandung hormon
auksin
9) Bekicot
& Keong Mas
Salah satu
sumber auksin alami adalah bekicot dan keong mas.
10) Jagung
Muda
Biji jagung yang
masih muda mengandung hormon giberelin dan sitokinin
11) Paku/Pakis
dan Jamur
Giberelin alami
juga banyak terdapat pada tumbuhan paku-pakuan dan jamur.
C.
Cara Pembuatan Zpt Organik
C.1
Bahan Dan Alat
Alat :
|
Bahan-bahan :
|
1.
Batu ulek/ Blender
2.
Gentong
3.
Parang
4. Plastik dan karet pengikat
|
1.
Rebung : 200 gram
2.
Bonggol pisang : 200 gram
3.
Taoge : 100 gram
4.
Pucuk daun-daunan
: 200 gram
5.
Gula merah : 100 gram
6.
EM4 : 50 ml
7. Air kelapa : 2 liter
|
C.2
Prosedur Kerja
1. Rebung,
bonggol pisang, taoge dan pucuk daun-daunan dicincang kemudian dihaluskan.
2. Gula
merah dicairkan dengan air secukupnya
3. Semua
bahan dimasukkan kedalam gentong, masukkan air kelapa dan EM4
4. Aduk
hingga rata kemudian gentong ditutup dengan plastik yang diikat karet,
dandikuti tutupan gentong.
5. Plastik
dikendorkan, supaya tutup tidak pecah saat proses fermentasi berlangsung
6. Setiap
pagi selama 7 hari tutup dibuka dan bahan diaduk, kemudian ditutup kembali
7. Setelah
7 hari, bahan-bahan tersebut disaring untuk memisahkan cairan zpt dan ampas
8. Cairan
ZPT disimpan didalam wadah yang tertutup rapat. ZPT siap digunakan
D. Pengaplikasian Zpt Organik
Encerkan 3 sendok makan
zpt dalam 1 liter air, dan selajutnya dapat diaplikasikan sebagai berikut:
1. Untuk
penyemaian benih
Rendam benih dengan larutan ZPT
organic selama 3 atau 5 jam. Lalu tiriskan, dan benih siap untuk disemai.
2. Untuk
penyetekan (Stek batang)
Rendam bagian batang
yang distek selama kurang lebih 3 atau 5 jam. Kemudian tiriskan, lalu ditanam.
3. Untuk
pencangkokan
Oleskan larutan ZPT
yang belum diencerkan pada bagian batang yang dicangkok, kemudian dibungkus
dengan media tanah atau sabut kelapa. Buat larutan dengan perbandingan 3 sendok
makan zpt dalam 1 liter air untuk menyiram media cangkok.
4. Untuk
bibit tanaman
Bibit tanaman yang
dipindah tanam dengan cara dicabut mengalami kerusakan akar. Untuk merangsang pertumbuhan akar baru diperlukan zpt. Caranya
dengan merendam bibit tanaman selama 10 menit sebelum ditanam.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah
dibuat maka dapat disimpulkan bahawa:
Konsep Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) diawali dari konsep hormon. Hormon tanaman atau fitohormon adalah
senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi rendah mempengaruhi
proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis terutama mengenai proses
pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti
pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi
oleh hormon tanaman.
Beberapa bahan alami
yang telah diketahui mengandung ZPT antara lain : Bawang Merah, Rebung Bambu, Bonggol
Pisang, Taoge, Tomat, Air Kelapa,
Enceng Gondok,Urin Sapi, Kambing, Kelinci dll, Bekicot dan Keong Mas, Jagung
Muda, Paku/Pakis dan Jamur
Pembuatan ZPT organic memanfaatkan
prinsip fermentasi dengan bantuan EM-4 yang berfungsi sebagai stater dan gula
sebagai makanan untuk mikroorganisme.
Pengaplikasian dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu diencerkan 3 sendok makan zpt untuk 1 liter air. Aplikasi bisa
dengan penyemprotan atau dengan merendam benih dan mengoleskan pada titik
tumbuh akar pada stek.
DAFTAR
PUSTAKA
Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell.
1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Goldsworthy, P. R. dan N. M. Fisher. Fisiologi
Tanaman Budidaya Tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarata.
Goldsworthy, P. R. dan N. M. Fisher. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropika. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarata.
Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Grapindo Persada.
Jakarta.
Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric
Acid) Terhadap Persen Jadi Stek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.
Kartikawati,
N. K. dan H. A. Adinugraha. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
Yogyakarta. Koswara, dan Sutrisno. 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan
Alternatif. http://www.ebookpangan.com [14 Agustus 2009].
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan. ITB. Bandung.
Siregar, A. S. 2009. Inventarisasi Tanaman Sukun
(Arthocarpus communis) pada Berbagai Ketinggian di Sumatera Utara. Skripsi.
Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan. Sitompul, S. M., dan B.
Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Universitas Press.
Yogyakarta.
Comments
Post a Comment