LAPORAN
“PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN
BODY CONDITION SCORING
(BCS)”
NAMA :
SILVESTER YULIANUS EKO SILI
NIM
: 142380045
KELOMPOK
: B
SEMESTER
: IV
ROGRAM
STUDI PENYULUHAN PERTANIAN LAHAN KERING
JURUSAN
MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING
POLITEKNIK
PERTANIAN NEGERI KUPANG
2016
PENDUGAAN BOBOT BADAN
DAN BODY CONDITION SCORING
(BCS)
TUJUAN : Untuk mengetahui cara melakukan pendugaan bobot
badan dan menentukan body
condition scoring (BCS) pada ternak .
DASAR TEORI :
1. Pendugaan
bobot badan
Penafsiran berat badan sangat penting
dilakukan oleh para pemilik ternak untuk mengetahui bobot tubuh ternak. Cara
ini merupakan cara lain untuk mengetahui berat badan ternak selain penimbangan
berat badan. Apabila setiap kali harus selalu dilakukan penimbangan, hal ini
dirasa kurang praktis di samping timbangan itu jumlahnya terbatas ( Hasnudi,
1997).
Perkembangan bobot badan ternak
dipengaruhi dengan pertumbuhan. Definisi pertumbuhan secara umum adalah
peningkatan ukuran atau volume dari zat hidup (Herren, 2000). Pertumbuhan
terjadi melalui dua fase besar yaitu prenatal dan postnatal. Prenatal merupakan
proses pembentukan organ-organ tubuh, sedangkan postnatal merupakan proses
peningkatan ukuran dan sistem dari kematangan tubuh dan perkembangannya
(Herren, 2000).
Rumus penentuan berat badan sapi
berdasar ukuran tubuh bertolak dari anggapan bahwa tubuh ternak sapi berupa
tong. Oleh karena itu, ukuran tubuh yang digunakan untuk menduga bobot tubuh
biasanya adalah panjang badan dan lingkar dada. Menurut Gafar (2007),
rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan adalah Rumus yang
telah dikenal adalah rumus Schoorl yang mengemukakan pendugaan bobot ternak sapi berdasarkan
lingkar dada sebagai berikut :
Bobot badan
(kg) = (lingkar dada (cm) + 22)2
100
Rumus lain diturunkan oleh Scheiffer yang telah
menggunakan lingkar dada dan panjang badan dalam pendugaannya. Rumus itu
sebagai berikut :
Bobot badan (lbs) = Lingkar dada (inchi)2 x Panjang
badan (inchi).
Selain itu penafsiran berat badan dapat
pula dilakukan dengan pengamatan visual yaitu memperkirakan berat badan ternak
yang diamati. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan DWT
(Daily Cow Weighting Tape) yaitu dengan
melingkarkan DWT pada sternum 3-4 dan angka yang ditunjuk pada pita ukur itu
menunjukkan berat badan ternak. Cara penafsiran yang merupakan cara untuk
mengetahui berat badan ternak adalah penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan
menggunakan timbangan ternak / neraca. Besar atau kecil, stationer atau
portabel, timbangan merupakan bagian yang sangat diperlukan dalam tehnik-tehnik
pengukuran. (Hasnudi. 1997)
2. Pengukuran
BCS
Body Condition Scoring (BCS) atau skor kondisi tubuh merupakan
metode yang digunakan untuk menilai tingkat kegemukan seekor ternak sapi
potong. Dengan melihat skor kondisi maka dapat diketahui baik buruknya
manajemen pemeliharaan yang telah dilakukan oleh peternak. Diagram penilaian
BCS menggunakan angka skala 1 sampai 5. BCS
(1= sangat kurus, 2=kurus, 3=sedang, 4=gemuk, 5=sangat gemuk) (Gafar, 2007) .
Kegunaan penilaian Skor Kondisi Tubuh :
a.Pendugaan
status nutrisi (kualitas & kuantitas).
b.Mengetahui
status reproduksi sapi.
c.Indikasi
penyakit-penyakit kronis tertentu.
d.Indikasi
investasi endoparasit (kecacingan atau parasit darah).
Evaluasi dengan BCS efektif untuk
mengukur sejumlah energi metabolik yang disimpan sebagai lemak subkutan dan
otot pada ternak. Body Condition
Scoring (BCS) atau skor kondisi tubuhmerupakan
metode yang digunakan untuk menilai tingkat kegemukan seekor ternak sapi
potong.
Body condition produksi mempengaruhi
produksi, reproduksi, dan kesehatan. Ternak yang mempunyai kondisi tubuh sangat
jelek ( sangat kurus ) dan atau sangat gemuk dapat disebabkan oleh kekurangan
nutrisi, kelebihan nutrisi, masalah kesehatan dan atau management yang tidak
tepat.
Mengevaluasi kondisi tubuh ternak
secara teratur dapat menghindarkan atau membantu mengatasi kondisi tubuh yang
ekstrim ( tidak normal ), dan meningkatkan produktifitas dan probabilitas.
Menskoring kondisi tubuh heirfers juga direkomendasikan untuk membantu
mengidentifikasi pemberian pakan dan problem-problem manajement. Sistem
penilaian yang umum telah dikembangkan untuk memperkirakan rata-rata kondisi
tubuh sapi dalam populasi. Sistem penilaian ini menyediakan skor relatif
berdasarkan evaluasi timbunan lemak dalam hubungannya dengan fitur kerangka.
Kondisi tubuh untuk sistem penilaian yang paling banyak digunakan untuk sapi
memberikan skor dari 1 (kurus dan hampir tidak ada lemak) sampai 9 (berlebihan
lemak). Penilaian 1-2 adalah kurus, nomor
tergolong sedang (optimal), 4-5 yaitu obesitas.
Cara terbaik memonitor
perubahan-perubahan kondisi tubuh selama laktasi dan sepanjang periode
pertumbuhan adalah melakukan scoring tubuh induk dan heirfers secara teratur.
Ternak yang sehat dapat dipilih dengan melakukan penilaian melalui pandangan
dari samping, belakang, dan depan atas ternak tersebut. Untuk mengetahui bahwa
ternak dalam kondisi sehat, maka perlu diketahui karakteristik ternak yang
sehat. Selanjutnya, penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan tulang-tulang
rusuk (ribs) untuk memilih ternak yang gemuk (Nguntoronadi, 2010).
Bagian tubuh tersebut antara lain pada
bagian processus spinosus, processus transversus, legok lapar, tuber coxae
(hooks), antara tuber coxae dan tuber ischiadicus (pins), antara tuber coxae
kanan dan kiri dan pangkal ekor ke tuber ischiadicus. Mengevaluasi kondisi
tubuh ternak secara teratur dapat menghindarkan atau membantu mengatasi kondisi
tubuh yang ekstrim ( tidak normal ), dan meningkatkan produktifitas dan
probabilitas. Menskoring kondisi tubuh heirfers juga direkomendasikan untuk
membantu mengidentifikasi pemberian pakan dan problem-problem manajemen
(Todingan, 2010).
BAHAN DAN ALAT:
1. Pendugaan bobot
padan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah alat tulis, kamera, dan pita ukur sedangkan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah ternak sapi bali
yang berada di Kandang Praktikum POLITANI yang berlokasi di Oesao.
2. Pengukuran BCS
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah alat tulis dan kamera, Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah ternak sapi bali untuk dilakukukan pendugaan bobot badan, yang
berada di Kandang Praktikum POLITANI yang berlokasi di Oesao.
CARA KERJA
1.
Praktikum pendugaan bobot badan
1. Sapi
yang akan di ukur dipersiapkan
2. Mengunakan
pita ukur untuk mengukur tinggi badan, panjang badan dan lingkar dada
3. Setiap
hasil pengukuran dicatat
4. Mengunakan
kamera untuk mengambil gambar sebagai lampiran
2. Praktikum pengukuran BCS
1. Menyiapkan
sapi 2 ekor yang akan dinilai BCS
2. Kemudian
sapi tersebut dinilai BCS dengan palpasi atau perabaan
3. Melakukan
pencataan berdasarkan hasil penilaian.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.
HASIL
Ø Sapi
I
o
Umur :
10 tahun
o
BCS :
6
Ø Sapi
II
o
Umur :
2 tahun
o
Tinggi :
73 cm
o
Panjang :
99 cm
o
Lingkar dada : 129 cm
o
Lingkar flank : 128 cm
o
BCS :
3
2.
PEMBAHASAN
2.1
Pendugaan bobot badan
Tabel 1.
Konversi Taksiran Bobot Badan (Y) Sapi Bali Kereman
berdasarkan
Lingkar Dada (LD) dengan persamaan Log
Y = -2,90 +
2,414 Log LD (Djagra, 1994).
LD
(cm)
|
Bobot Nyata
(kg)
|
Taksiran Bobot pada α 5%
(kg)
|
120 128 109 -
132
130 152 136
- 166
135 175
168
- 182
140 191
189
- 198
145 208
196
- 214
150 226
221
- 231
155 244
240
- 248
160 264
260
- 268
165 284
274
- 289
170 305
299
- 311
175 327
319
– 335
180 350
340
– 360
Panjang badan pada sapi
jantan diukur dari awal kaki depan sapi sampai ke kaki belakang sapi. Dalam
pratikum ini kami menggunakan sapi Bali 2. Pada sapi 2, memiliki panjang badan 99
cm. Pada pengukuran tinggi gumba di ukur
pada bagian tertinggi pada tubuh sapi ini diukur pada bagian depan sapi. Tinggi
gumba sapi ini yaitu 73 cm. Lebar dada diukur dengan mengelilingi pita ukur
poada bagian dada sapi, yaitu sapi 129
cm. hal ini sesuai dengan (Gafar, 2007) bahwa Lingkar dada, Lingkaran
yang diukur pada dada serta merta atau persis dibelakang siku, tegak lurus
dengan sumbu tubuh.
Dengan demikian,
berdasarkan data dan tabel taksiran bobot badan maka bobot badan dari ternak
sapi 2 tersebut adalah berkisar dari 128-152 kg.
Di lapangan dari
terlihat bahwa ukuran tubuh sapi jantan berbeda dengan sapi betina. Faktor –
faktor yang mempengaruhi bobot badan ternak adalah genetic, lingkungan, jenis
kelamin, pakan, manajemen dan lingkungan. Sapi jantan pada keadaan normal akan
tumbuh lebih besar daripada sapi betina. Karena dilihat dari berbagai macam
aspek seperti genetik, pakan, manajemen dan lingkungan, sapi bali ini
mendapatkan perlakuan yang sama.
2.2
Penentuan BCS (Body Conditions Score)
Body Condition
Scoring (BCS) atau skor kondisi
tubuhmerupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat kegemukan seekor
ternak sapi potong. Dengan melihat skor kondisi maka dapat diketahui baik
buruknya manajemen pemeliharaan yang telah dilakukan oleh peternak. menyatakan
BCS merupakan metode penilaian secara subjektif melalui teknik peanglihatan dan
perabaan untukmenduga cadangan lemak tubuh. . Diagram penilaian BCS menggunakan
angka skala 1 sampai 10. BCS (1-3= kurus, 4-6=sedang, 7-10=gemuk).
Berdasarkan pengamatan dari ke 2
sapi yang dilihat berdasarkan diagram BCS dapat disimpulkan bahawa sapi 1
tergolong sedang dengan BSC=6 sedangkan sapi 2 tergolong kurus dengan BCS=3.
Murtidjo, 2001
menyatakan bahwa menentukan atau memberikan taksiran berat sapi, merupakan
salah satu cakupan keterampilan menjadi tuntutan bagi petani peternak. Dengan
taksiran yang baik, orang bisa mengetahui patokan harga penjualan ataupun pembelian sapi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahawa:
Penafsiran
berat badan sangat penting dilakukan oleh para pemilik ternak untuk
mengetahui bobot tubuh ternak. Cara ini merupakan cara lain untuk mengetahui
berat badan ternak selain penimbangan berat badan. Apabila setiap kali harus
selalu dilakukan penimbangan, hal ini dirasa kurang praktis di samping
timbangan itu jumlahnya terbatas ( Hasnudi, 1997).
Rumus yang telah dikenal adalah rumus
Schoorl yang mengemukakan pendugaan
bobot ternak sapi berdasarkan lingkar dada sebagai berikut :
Rumus lain diturunkan oleh Scheiffer
yang telah menggunakan lingkar dada dan panjang badan dalam pendugaannya. Rumus
itu sebagai berikut :
Bobot badan (kg) = (lingkar dada (cm) + 22)2
100
Bobot badan (lbs) = Lingkar dada (inchi)2 x Panjang
badan (inchi).
Body Condition
Scoring (BCS) atau skor
kondisi tubuh merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat kegemukan
seekor ternak sapi potong. BCS sapi 1 tergolong sedang, dan sapi 2 tergolong
kurus.
DAFTAR PUSTAKA
Armen.
2010. Penilaian Eksterior Tubuh.http://webcache.googleusercontent.
wordpress.com/2008/01/10/penilaian ternak/TILIK+TERNAK&&gl=id.
Gafar ,
I.B. 2007. Diktat Ilmu Tilik Sapi Potong. Fakultas Peternakan Universitas
Udayana, Denpasar.
Hasnudi.
1997. Pengelolaan Ternak Sapi Pedaging. Medan: FP-USU.
Herren.2000.
Identifikasi Sifat-sifat Kualitatif dan Ukuran-Ukuran Tubuh pada Ayam Sentul
Umur Dewasa. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Pajajaran
Murtidjo,
2001. Budidaya Hewan Ternak. http://www
/single.php.htm#. (Diakses, senin, 10/11/2014).
Nguntoronadi,
2010. Tilik Ternak.http://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik-ternak/
diakses tanggal 10 November, 2014
Comments
Post a Comment